Namun aku tahu semua tidak sedang baik-baik saja. Massa yang mengamuk sudah masa bodoh untuk sekadar memilah mana pribumi dan mana yang sekadar menumpang di bumi pertiwi. Almarhum bapa memang terlahir sebagai etnis Tionghoa, dan darah turunan itu juga mengalir dalam tubuhku. Tapi, Demi Tuhan, aku ini orang Indonesia! Makco dan buyutku lahir di Indonesia!
Mereka mulai menyeret kami keluar dengan paksa. Aku berteriak dan menangis, berusaha melawan. Kulihat Tresna dan ibu terseret jauh keluar.
Di saat itulah, api yang sejak tadi menjalar mulai membesar, menjilat dinding kayu dan perlahan menghabisi semuanya. Aku yang sudah terseret jauh dari rumah, tak sanggup menahan air mata menyaksikan sisa puing rumah dan ... ranting pohon linden kami yang hangus terbakar.
Aku tahu umurku saat itu 9 tahun. Di usia sedini itu aku mampu mengingat setiap jengkal kejadian yang sampai kapanpun takkan bisa kulupakan. Sungguh mengoyak hati menyaksikan Surakarta menangis.[]
Penggalan cerpen Linden.
Juni, 2019
Comments
Post a Comment